Jumat, 04 November 2016

FORMULASI MASALAH DALAM PENELITIAN


            Formulasi masalah dalam penelitian merupakan upaya untuk mengungkap berbagai hal berkaitan dengan masalah yang akan dijawab atau dipecahkan setelah tindakan dilakukan. Formulasi masalah merupakan titik tolah hipotesis yang akan dikemas menjadi judul penelitian, sehingga harus jelas, padat dan tidak bertele-tele serta berisi implikasi menunjukkan adanya data untuk memecahkan masalah. Dalam formulasi masalah ini, hendaknya peneliti menghindari rumusan masalah yang terlalu umum atau terlalu sempit, bersifat lokal atau terlalu argumentatif.

            Formulasi masalah atau Rumusan Masalah adalah usaha untuk menyatakan secara tersurat pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau dicarikan jalan pemecahan masalahnya. Rumusan masalah merupakan suatu penjabaran dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Dengan kata lain, rumusan masalah ini merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Suatu perumusan masalah yang baik berarti telah menjawab setengah pertanyaan atau dari masalah. Masalah yang telah dirumuskan dengan baik, tidak hanya membantu memusatkan pikiran, sekaligus juga mengarahkan cara berpikir kita.Tujuan Utama Penelitian Ilmiah yaitu untuk mencari hubungan atau membedakan dua variabel atau lebih secara konsepsional. 

            Masalah Penelitian yang telah dipilih perlu diformulasikan secara komprehensif, jelas, spesifik dan operasional, sehingga memungkinkan peneliti untuk memilih tindakan yang tepat. Formulasi masalah dapat dilakukan dalam kalimat pernyataan, pertanyaan atau menggabungkan keduanya. Sebagai pedoman dalam memformasikan masalah penelitian, Sagor (1992) mengemukakan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1.  Siapakah yang terkena dampak dari masalah tersebut?

2.  Apakah yang menjadi penyebab masalah tersebut?

3.  Apakah masalah sebenarnya (pokok permasalahan)?

4.  Siapakah yang menjadi tujuan perbaikan?

5.  Apakah yang perlu dilakukan untuk mengatasi hal tersebut?
            Lebih lanjut herawati mengemukakan beberapa petunjuk yang dapat dipakai sebagai pertimbangan dalam memformulasikan masalah PTK sebagai berikut:
1.  Masalah hendaknya diformulasikan secara jelas, artinya tidak mempunyai makna ganda.

2.  Masalah peneliti dapat dituangkan dalam kalimat tanya.

3.  Formulasi masalah umumnya menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih.

4.  Formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empiris. Maksudnya, dengan formulasi masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut.

5.  Formulasi masalah menunjukkan secara jelas subjek dan atau lokasi penelitian.

             Dalam memformulasikan atau merumuskan masalah, kiranya peneliti perlu memperhatikan beberapa ketentuan yang biasanya berlaku yaitu dengan memperhatikan:

1. aspek substansi;

2. aspek formulasi; dan

3. aspek teknis.
            Aspek substansi atau isi yang terkandung, perlu dilihat dari bobot atau nilai kegunaan manfaat pemecahan masalah melalui tindakan seperti nilai aplikatifnya untuk memecahkan masalah serupa/mirip yang dihadapi guru, kegunaan metodologi dengan diketemukannya model tindakan dan prosedurnya, serta kegunaan teoritik dalam memperkaya atau mengoreksi teori pembelajaran yang berlaku. Sedang dari sisi orisinalitas, apakah pemecahan dengan model tindakan itu merupakan suatu hal baru yang belum pernah dilakukan guru sebelumnya. Jika sudah pernah berarti hanya merupakan pengulangan atau replikasi saja.

            Aspek formulasi, masalah dirumuskan dalam bentuk kalimat interogatif (pertanyaan), meskipun tidak dilarang dirumuskan dalam bentuk deklaratif (pernyataan). Hendaknya dalam rumusan masalah tidak terkandung masalah dalam masalah, tetapi lugas menyatakan secara eksplisit dan spesifik tentang apa yang dipermasalahkan.

            Aspek teknis, menyangkut kemampuan dan kelayakan peneliti untuk melakukan penelitian terhadap masalah yang dipilih. Pertimbangan yang dapat diajukan seperti kemampuan teoritik dan metodologik pembelajaran, penguasaan materi ajar, kemampuan metodologi penelitian tindakan, kemampuan fasilitas untuk melakukan penelitian seperti dana, waktu, tenaga, dan perhatian terhadap masalah yang akan dipecahkan. Oleh karena itu, disarankan untuk berangkat dari permasalahan sederhana tetapi bermakna, guru dapat melakukan di kelasnya dan tidak memerlukan biaya, waktu, dan tenaga yang besar.

            Sebagaimana yang ditulis oleh Sukajati (2008), bahwa pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi tentang kenyataan yang ada dan keadaan yang diinginkan. Dalam merumuskan masalah penelitian, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan yang disarikan dari Suyanto (1997) dan Sukarnyana (1997). Beberapa petunjuk tersebut antara lain:

1. masalah hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
2. formulasi masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan hubungannya dengan variabel lain;
3. formulasi masalah hendaknya dapat diuji secara empirik, artinya dengan rumusan masalah itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab pertanyaan tersebut (operasional).

            Untuk memperoleh pemahaman yang jelas berkaitan dengan perumusan masalah, berikut disajikan contoh tiga rumusan masalah penelitian dalam mata pelajaran matematika SD, IPA SMP, Bahasa Indonesia SMA.
1. Bagaimana meningkatkan ketrampilan peserta didik dalam mengerjakan soal-soal cerita dalam menggunakan gambar dalam mata peulajaran matematika di kelas VI SD Penyawangan Bandung?
2. Apakan pendekatan kontekstual learning dapt meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam mata pelajaran IPA di kelas VIII SMP Panyawangan Bandung?
3. Bagaimana meningkatkan prestasi peserta didik melalui strategi presentasi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X SMA Panyawangan Bandung?


Sumber :

Ghoni Djunaidi,. Penelitian Tindakan Kelas. 2008. Malang: UIN Press.
Husaini Usman dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit PT. Bumi Aksara : Jakarta.

Mulyasa, 2011.Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Trianto, 2011. Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.


2 komentar: