Jumat, 31 Oktober 2014

Manusia, Penderitaan, Keadilan dan Kegelisahan


            Post – post yang sebelumnya saya publikasikan isinya mengenai kebudayaan dan eksistensinya pada zaman modern ini, nah, dalam post kali ini saya akan membahas tentang pelaku kebudayaan itu sendiri yang tidak lain dan tidak bukan adalah kita, manus.ia.
            Manusia, pada umunya kita mengartikannya sebagai salah satu jenis makhluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjaga bumi dan menjadi pemimpin atas makhluk yang lain. Selain itu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,  Manusia adalah makhluk yang berakal budi; insan; orang. Dalam perjalanan hidupnya pasti seorang manusia akan merasakan atau menemui yang namanya kegelisahan, penderitaan dan keadilan.
1. Manusia dan Penderitaan
            Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya  menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan dapat berupa penderitaan lahir atau batin atau lahir dan batin. Penderitaan termasuk realitas manusia dan dunia. Intensitas penderitaan bertingkat-tingkat, ada yang berat, ada yang ringan. Namun peranan individu juga menentukan berat-tidaknya intensitas penderitaan. Suatu pristiwa  yang dianggap penderitaan oleh seseorang belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit kembali bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencpai kenikmatan dan kebahagiaan.
Penyebab munculnya penderitaan
            disebabkan hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya baik dengan antar sesama manusia ataupun dengan alam. Penderitaan ini dapat muncul karena ketidak harmonisan antara elemen satu dengan yang lainnya. contohnya pada hubungan dalam bermasyarakat, ada kalanya didalam bermasyarakat terdapat perbedaan pendapat yang dapat menimbulkan perselisihan diantara satu dengan yang lainnya, hal ini bisa saja mengakibatkan timbulnya rasa dengki, marah, bahkan saling menuduh atau menjelek-jelekan. dari sinilah penderitaan muncul karena perbuatan saling tidak menyukai tersebut. dalam hal ini, penderitaan yang dialami adalah penderitaan secara batin karena terdapat rasa sakit hati apabila ada seseorang yang menjelek-jelekan bahkan rasa itu bisa saja semakin sakit apabila sudah terjadi pertengkaran yang membuat hubungan didalam masyarakat sudah tidak ada rasa nyaman dan aman.
Penderitaan yang muncul karena suatu penyakit/siksaan
            Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau siksaan / azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakal, dan optimism dapat merupakan usaha manusia untuk mengatasi penderitaan itu. Banyak contoh kasus penderitaan semacam ini dialami manusia. Beberapa kasus penderitaan dapat diungkapkan berikut ini : Seorang anak lelaki buta sejak diahirkan, diasuh dengan tabah oleh orang tuanya. Ia disekolahkan, kecerdasannya luar biasa. Walaupun ia tidak dapat melihat dengan mata hatinya terang benderang. Karena kecerdasannya, ia memperoleh pendidikan sampai di universitas dan akhirnya memperoleh gelar doctor di Universitas Sourbone Perancis. Dia adalah Prof.Dr. Thaha Husen, guru besar Universitas di Kairo, Mesir.

2. Manusia dan Keadilan
            Keadilan adalah kebenaran, ketegasan dan suatu jalan tengah dari berbagai persoalan juga tidak memihak kepada siapapun. Dan bagi yang berbuat adil merupakan orang yang bijaksana. Dalam keadilan ada dua hal yang pasti akan muncul yaitu Kejujuran dan Kecurangan.
Kejujuran
            jujur artinya apa yang dia katakan sesuai dengan hati nuraninya dengan kenyataan yang ada. Sedangkan kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti bersih hatinya dari perbuatan – perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum.
Kecurangan
            Kecurangan ini idientik dengan ketidak jujuran dan sama pula dengan halnya licik, meskipun tidak mirip 100%. Kecurang atau curang memiliki arti apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya atau dari hatinya orang itu berniat curang dan tidak memiliki rasa kejujuran di dalam dirinya. Kecurangan ini dapat menyebabkan orang serakah, tak mau peduli dengan orang lain dan gak mau tau dengan sesama.

3. Manusia dan Kegelisahan  
            Kegelisahan dan kesedihan merupakan suatu kejahatan kembar yang datang beriringan dan bergandengan. Mereka hidup bersama-sama di dunia ini. Jika Anda gelisah, maka Anda akan merasa susah dan sedih, begitu pun sebaliknya. Kadangkala kita berupaya untuk menghindari mereka, lari dari kenyataan, tetapi tetap saja mereka akan senantiasa hadir dalam diri kita. Kejahatan kembar ini bukan untuk dihindari, tetapi bukan berarti kita membiarkan mereka untuk mengalahkan kita. Kita harus mengatasi mereka dengan usaha kita sendiri, dengan kemantapan hati dan kesabaran, dengan pengertian benar dan kebijaksanaan.
            Kegelisahan yang timbul dalam diri kita sebenarnya dibuat oleh kita sendiri, kita ciptakan mereka di dalam pikiran kita melalui ketidakmampuan ataupun kegagalan untuk mengerti bahaya perasaan keakuan dan melalui khayalan yang melambung serta kesalahan dalam menilai setiap kejadian atau benda. Hanya jika kita dapat melihat suatu kejadian atau benda dengan apa adanya, bahwa tidak ada sesuatu apa pun yang kekal di dunia ini dan bahwa keakuan kita sendiri merupakan khayalan liar yang membawa kekacauan dalam pikiran yang tidak terlatih.          

Sabtu, 18 Oktober 2014

Ilmu Budaya Dasar 2 [ Tari Tor Tor dari Tanah Batak ]


Salam sejahtera bagi kita semua. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi tentang salah satu kebudayaan yang berasal dari Medan, yaitu kebudayaan Tari Tor Tor
Sumber : http://purbalaban.blogspot.com/2013/03/tarian-tor-tor-khas-suku-batak-sumatera.html

Tari Tor Tor, siapa yang tidak mengenal tarian yang satu ini ?
Bagi masyarakat Sumatera Utara, tarian yang satu ini pastinya sudah tidak asing lagi, sebab Tari Tor Tor merupakan salah satu warisan leluhur suku Batak.

            Menurut sejarah, tarian ini adalah sebuah tarian yang telah berusia ratusan tahun. Tepatnya ketika etnis Batak mulai berkembang dan mendirikan beberapa pemukiman di Pulau Samosir. Kala itu tari tor tor digunakan untuk acara-acara sakral ataupun upacara adat di dalam suatu perkampungan yang dipimpin oleh seorang raja, dengan tujuan untuk meminta restu kepada para leluhur yang sudah tiada.

            Berbeda dari masa sekarang, pada masa dahulu mereka menggunakan media patung yang terbuat dari kayu sebagai penarinya, yang di dalamnya terdapat arwah leluhur. Sebagaimana Tari Tor Tor yang ada pada saat ini, Tari Tor Tor pada masa dahulu pun juga menggunakan seperangkat alat musik gondang dengan beberapa alat musik lainnya sebagai instrumen pengiring.

Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/327488-warga-batak-menari-tor-tor-di-konjen-malaysia

            Berbicara tentang Tari Tor Tor, ternyata tarian yang satu ini merupakan tarian yang berasal dari budaya sub-etnis Batak yang bernama Mandailing. Mandailing merupakan salah satu sub-etnis Batak yang sebagian besar menetap di sebuah daerah di Sumatera Utara, yaitu Mandailing Natal. Begitu pun juga dengan Gondang yang menjadi instumen pengiringnya, yang juga berasal dari budaya Mandailing. Namun, seiring dengan perkembangan tradisi dan budaya di Tanah Batak, tarian ini pun kian menyebar ke beberapa wilayah di Sumatera Utara yang dihuni oleh berbagai sub-etnis Batak mulai dari Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Karo hingga Batak Angkola. Sehingga kini apabila kita menyaksikan berbagai acara seni dan budaya di Sumatera Utara, maka tarian ini tidak pernah terlepas dari salah satu agenda acaranya.

            Tarian ini sudah menjadi simbolisasi budaya di Provinsi Sumatera Utara yang akan selalu hadir dalam setiap acara, baik acara resmi maupun acara yang tidak resmi. Terlebih lagi apabila acara tersebut merupakan acara yang mengangkat kesenian dan kebudayaan tradisional di Provinsi Sumatera Utara.

            Ada beberapa informasi yang menyebutkan bahwa Tari Tor Tor Somba merupakan tarian yang melambangkan perkembangan peradaban etnis Batak di masa dahulu, tepatnya perpaduan budaya antara budaya Mandailing dengan budaya Simalungun. Hal tersebut memang dapat dibuktikan, apalagi budaya sub-etnis Batak yang satu dengan budaya sub-etnis Batak yang lainnya saling berhubungan dan memiliki banyak persamaan.

            Namun ada pula beberapa informasi yang menyebutkan bahwa tarian ini adalah tarian asli yang berasal dari Simalungun tanpa pencampuran budaya dengan budaya Mandailing yang merupakan sub-etnis Batak pencipta tarian Tor Tor. Catatan sejarah pun menyebutkan, bahwasanya pada masa dahulu ketika etnis Batak mulai berkembang banyak masyarakatnya yang ‘bermigrasi’ ke beberapa wilayah di Sumatera Utara, salah satunya adalah Simalungun. Masyarakat Batak di Simalungun ini kemudian membentuk suatu pemukiman dengan landasan hidup bermasyarakat di bawah pimpinan seorang raja.

            Sekedar informasi, ‘raja’ di dalam masyarakat Batak bukanlah raja seperti halnya raja-raja lainnya di Nusantara yang memiliki wilayah kekuasaan yang besar, sebab raja di dalam konteks masyarakat Batak adalah seorang pemimpin di dalam suatu perkampungan yang kekuasaannya melingkupi wilayah kekuasaan yang kecil. Jika di kaitkan dengan masa sekarang, maka ‘raja’ tersebut dapat disamakan dengan lurah/kepala desa. Pada masa itu, raja di Simalungun sering mengadakan upacara adat maupun berbagai acara yang sakral.

            Maka saat itulah Tor Tor Somba ini diperkenalkan kepada masyarakat sebagai tarian sakral yang mengiringi kedatangan sang raja ketika mengadakan kunjungan penting ke beberapa wilayah kecil di Simalungun, sehingga Tor Tor Somba ini dapat dikatakan tarian yang mengandung nilai-nilai tradisi yang sangat tinggi karena tarian ini tergolong sebagai tarian yang sangat ekslusif. Bahkan bisa dikatakan sangat langka, karena jarang di tampilkan di beberapa acara adat seperti jenis Tari Tor Tor yang lain. Tak hanya itu, penari yang melakukan Tor Tor Somba pun hanya dikhususkan untuk para penari yang sudah fasih dalam melakukan tarian-tarian adat yang sakral dan telah mengetahui berbagai seluk beluk kesakralan dalam tarian tersebut. Sebab penari Tor Tor Somba ini harus mempunyai jiwa yang bersih tanpa sifat cela karena tarian yang satu ini mengandung nilai-nilai kesakralan yang sangat di junjung tinggi oleh masyarakat.

            Kini untuk menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya yang terdapat pada Tari Tor Tor Somba, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara pun juga sering mengadakan pergelaran yang mengangkat Tari Tor Tor Somba sebagai aset budaya di Kabupaten Simalungun. Bahkan Tari Tor Tor Somba juga pernah di perlombakan pada beberapa ajang kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Simalungun. Hal itu dilakukan demi memperkenalkan kepada masyarakat khususnya generasi muda bahwasanya Tor Tor Somba merupakan salah satu budaya di Kabupaten Simalungun yang wajib dilestarikan.

Sumber : http://jalan2.com/city/medan/tari-tor-tor-2/

Demikian informasi yang dapat saya publikasikan kali ini, semoga bermanfaat. Terimakasih atas perhatian anda.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Ilmu Budaya Dasar 1

Dalam post kali ini saya akan memaparkan beberapa hal mengenai masalah kebudayaan yang banyak terjadi di lingkungan kita. Sebelum saya masuk ke inti permasalahan, saya akan menjelaskan kepada anda tentang  definisi manusia dan kebudayaan. Dua hal ini saling berkaitan satu sama lain, karena kebudayaan berasal dari ciri kemampuan khusus pada manusia.

Manusia adalah makhluk yang menciptakan budaya atau kebiasaan. Hampir semua yang manusia kerjakan akan menjadi kebudayaan. Kenapa tidak semua budaya yg diciptakan manusia tidak menjadi kebudayaan? Karena Manusia diberikan akal dan pikiran oleh Tuhan agar dapat menciptakan suatu kebiasaan yang baik dan bermoral. Jadi, setiap budaya yang diciptakan oleh manusia akan tersaring oleh nilai – nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang kemudian jika terus dilaksanakan atau dijaga akan menjadi sebuah kebudayaan.

Namun, pada era globalisasi ini nilai – nilai dan norma - norma sebagai penyaring budaya yang seharusnya dapat membatasi kebudayaan negatif yang masuk, lama kelamaan telah terlupakan karena pengaruh dari kebudayaan barat. Dampaknya adalah kebudayaan timur sekarang telah berubah dari kebudayaan pada masa sebelum globalisasi

            Bangsa barat pada era globalisasi ini telah menjadi pusat perhatian dunia karena dari bangsa baratlah era globalisasi dimulai. Teknologi dan ilmu pengetahuan yang maju membuat bangsa barat dpandang sebagai bangsa yang berkebudayaan tinggi oleh bangsa lain. Menurut saya dari sinilah awal masalah kebudayaan terjadi. Kita tidak sadar bahwa kebudayaan kita [kebudayaan timur] sebenarnya juga sangat disegani oleh bangsa barat, namun karena kebanyakan dari kita menganggap kebudayaan timur sudah ketinggalan jaman mengakibatkan berubahnya nilai – nilai dan norma dalam kehidupan. Sebagai contoh adalah nilai moral. Kebudayaan bangsa timur terkenal dengan nilai- nilai moralnya yang sangat tinggi, yakni keramahannya, sopan santun, dan sebagainya, namun karena pengaruh kebudayaan barat yang memiliki kebebasan nilai, maka banyak dari kita yang meniru perilaku – perilaku bangsa barat. Contoh nyatanya adalah cara berpakaian. Dahulu kebudayaan timur berpakaian tertutup karena nilai – nilai moral dan agama yang mengaggap adanya batasan – batasan kesopanan dalam berpakaian, namun sekarang banyak dari kita khususnya kaum wanita yang menirukan budaya bangsa barat dalam berpakaian. Padahal kebudayaan barat dalam berpakaian sangat mencolok dan terbuka, kebanyakan tidak sesuai dengan nilai – nilai yang ada pada kebudayaan timur, tetapi Kenapa mereka tetap meniru kebudayaan barat?

            Oleh karena itu kita sebagai generasi muda harus bisa melestarikan kebudayaan bangsa kita, minimal mempelajari kebudayaaan yang ada disekitar anda. Dengan demikian dapat mengembalikan jati diri bangsa kita yang memiliki kebudayaan yang beragam. Demikian info yang dapat saya sampaikan kali ini, semoga dapat bermanfaat dan saya mohon maaf karena banyak kekurangan dan salah. Terima kasih banyak atas perhatian anda.