Salam sejahtera bagi
kita semua. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi tentang salah
satu kebudayaan yang berasal dari Medan, yaitu kebudayaan Tari Tor Tor.
Sumber : http://purbalaban.blogspot.com/2013/03/tarian-tor-tor-khas-suku-batak-sumatera.html |
Tari Tor Tor, siapa yang tidak mengenal tarian
yang satu ini ?
Bagi masyarakat Sumatera Utara, tarian yang satu ini pastinya sudah tidak asing lagi, sebab Tari Tor Tor merupakan salah satu warisan leluhur suku Batak.
Bagi masyarakat Sumatera Utara, tarian yang satu ini pastinya sudah tidak asing lagi, sebab Tari Tor Tor merupakan salah satu warisan leluhur suku Batak.
Menurut
sejarah, tarian ini adalah sebuah tarian yang telah berusia ratusan tahun.
Tepatnya ketika etnis Batak mulai berkembang dan mendirikan beberapa pemukiman
di Pulau Samosir. Kala itu tari tor tor digunakan untuk acara-acara sakral
ataupun upacara adat di dalam suatu perkampungan yang dipimpin oleh seorang
raja, dengan tujuan untuk meminta restu kepada para leluhur yang sudah tiada.
Berbeda
dari masa sekarang, pada masa dahulu mereka menggunakan media patung yang
terbuat dari kayu sebagai penarinya, yang di dalamnya terdapat arwah leluhur.
Sebagaimana Tari Tor Tor yang ada pada saat ini, Tari Tor Tor pada masa dahulu
pun juga menggunakan seperangkat alat musik gondang dengan beberapa alat musik
lainnya sebagai instrumen pengiring.
Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/327488-warga-batak-menari-tor-tor-di-konjen-malaysia |
Berbicara
tentang Tari Tor Tor, ternyata tarian yang satu ini merupakan tarian yang
berasal dari budaya sub-etnis Batak yang bernama Mandailing. Mandailing merupakan
salah satu sub-etnis Batak yang sebagian besar menetap di sebuah daerah di
Sumatera Utara, yaitu Mandailing Natal. Begitu pun juga dengan Gondang yang
menjadi instumen pengiringnya, yang juga berasal dari budaya Mandailing. Namun,
seiring dengan perkembangan tradisi dan budaya di Tanah Batak, tarian ini pun
kian menyebar ke beberapa wilayah di Sumatera Utara yang dihuni oleh berbagai
sub-etnis Batak mulai dari Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak
Karo hingga Batak Angkola. Sehingga kini apabila kita menyaksikan berbagai
acara seni dan budaya di Sumatera Utara, maka tarian ini tidak pernah terlepas
dari salah satu agenda acaranya.
Tarian
ini sudah menjadi simbolisasi budaya di Provinsi Sumatera Utara yang akan
selalu hadir dalam setiap acara, baik acara resmi maupun acara yang tidak
resmi. Terlebih lagi apabila acara tersebut merupakan acara yang mengangkat
kesenian dan kebudayaan tradisional di Provinsi Sumatera Utara.
Ada
beberapa informasi yang menyebutkan bahwa Tari Tor Tor Somba merupakan tarian
yang melambangkan perkembangan peradaban etnis Batak di masa dahulu, tepatnya
perpaduan budaya antara budaya Mandailing dengan budaya Simalungun. Hal
tersebut memang dapat dibuktikan, apalagi budaya sub-etnis Batak yang satu
dengan budaya sub-etnis Batak yang lainnya saling berhubungan dan memiliki
banyak persamaan.
Namun
ada pula beberapa informasi yang menyebutkan bahwa tarian ini adalah tarian
asli yang berasal dari Simalungun tanpa pencampuran budaya dengan budaya
Mandailing yang merupakan sub-etnis Batak pencipta tarian Tor Tor. Catatan
sejarah pun menyebutkan, bahwasanya pada masa dahulu ketika etnis Batak mulai
berkembang banyak masyarakatnya yang ‘bermigrasi’ ke beberapa wilayah di
Sumatera Utara, salah satunya adalah Simalungun. Masyarakat Batak di Simalungun
ini kemudian membentuk suatu pemukiman dengan landasan hidup bermasyarakat di
bawah pimpinan seorang raja.
Sekedar
informasi, ‘raja’ di dalam masyarakat Batak bukanlah raja seperti halnya
raja-raja lainnya di Nusantara yang memiliki wilayah kekuasaan yang besar,
sebab raja di dalam konteks masyarakat Batak adalah seorang pemimpin di dalam
suatu perkampungan yang kekuasaannya melingkupi wilayah kekuasaan yang kecil. Jika
di kaitkan dengan masa sekarang, maka ‘raja’ tersebut dapat disamakan dengan
lurah/kepala desa. Pada masa itu, raja di Simalungun sering mengadakan upacara
adat maupun berbagai acara yang sakral.
Maka
saat itulah Tor Tor Somba ini diperkenalkan kepada masyarakat sebagai tarian
sakral yang mengiringi kedatangan sang raja ketika mengadakan kunjungan penting
ke beberapa wilayah kecil di Simalungun, sehingga Tor Tor Somba ini dapat
dikatakan tarian yang mengandung nilai-nilai tradisi yang sangat tinggi karena
tarian ini tergolong sebagai tarian yang sangat ekslusif. Bahkan bisa dikatakan
sangat langka, karena jarang di tampilkan di beberapa acara adat seperti jenis
Tari Tor Tor yang lain. Tak hanya itu, penari yang melakukan Tor Tor Somba pun
hanya dikhususkan untuk para penari yang sudah fasih dalam melakukan
tarian-tarian adat yang sakral dan telah mengetahui berbagai seluk beluk kesakralan
dalam tarian tersebut. Sebab penari Tor Tor Somba ini harus mempunyai jiwa yang
bersih tanpa sifat cela karena tarian yang satu ini mengandung nilai-nilai
kesakralan yang sangat di junjung tinggi oleh masyarakat.
Kini
untuk menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya yang terdapat pada Tari Tor Tor
Somba, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara pun juga sering
mengadakan pergelaran yang mengangkat Tari Tor Tor Somba sebagai aset budaya di
Kabupaten Simalungun. Bahkan
Tari Tor Tor Somba juga pernah di perlombakan pada beberapa ajang kesenian dan
kebudayaan di Kabupaten Simalungun. Hal itu dilakukan demi memperkenalkan
kepada masyarakat khususnya generasi muda bahwasanya Tor Tor Somba merupakan
salah satu budaya di Kabupaten Simalungun yang wajib dilestarikan.
Sumber : http://jalan2.com/city/medan/tari-tor-tor-2/ |
Demikian informasi yang dapat saya publikasikan kali
ini, semoga bermanfaat. Terimakasih atas perhatian anda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar