Sabtu, 18 Oktober 2014

Ilmu Budaya Dasar 2 [ Tari Tor Tor dari Tanah Batak ]


Salam sejahtera bagi kita semua. Pada kesempatan kali ini saya akan berbagi informasi tentang salah satu kebudayaan yang berasal dari Medan, yaitu kebudayaan Tari Tor Tor
Sumber : http://purbalaban.blogspot.com/2013/03/tarian-tor-tor-khas-suku-batak-sumatera.html

Tari Tor Tor, siapa yang tidak mengenal tarian yang satu ini ?
Bagi masyarakat Sumatera Utara, tarian yang satu ini pastinya sudah tidak asing lagi, sebab Tari Tor Tor merupakan salah satu warisan leluhur suku Batak.

            Menurut sejarah, tarian ini adalah sebuah tarian yang telah berusia ratusan tahun. Tepatnya ketika etnis Batak mulai berkembang dan mendirikan beberapa pemukiman di Pulau Samosir. Kala itu tari tor tor digunakan untuk acara-acara sakral ataupun upacara adat di dalam suatu perkampungan yang dipimpin oleh seorang raja, dengan tujuan untuk meminta restu kepada para leluhur yang sudah tiada.

            Berbeda dari masa sekarang, pada masa dahulu mereka menggunakan media patung yang terbuat dari kayu sebagai penarinya, yang di dalamnya terdapat arwah leluhur. Sebagaimana Tari Tor Tor yang ada pada saat ini, Tari Tor Tor pada masa dahulu pun juga menggunakan seperangkat alat musik gondang dengan beberapa alat musik lainnya sebagai instrumen pengiring.

Sumber : http://nasional.news.viva.co.id/news/read/327488-warga-batak-menari-tor-tor-di-konjen-malaysia

            Berbicara tentang Tari Tor Tor, ternyata tarian yang satu ini merupakan tarian yang berasal dari budaya sub-etnis Batak yang bernama Mandailing. Mandailing merupakan salah satu sub-etnis Batak yang sebagian besar menetap di sebuah daerah di Sumatera Utara, yaitu Mandailing Natal. Begitu pun juga dengan Gondang yang menjadi instumen pengiringnya, yang juga berasal dari budaya Mandailing. Namun, seiring dengan perkembangan tradisi dan budaya di Tanah Batak, tarian ini pun kian menyebar ke beberapa wilayah di Sumatera Utara yang dihuni oleh berbagai sub-etnis Batak mulai dari Batak Toba, Batak Simalungun, Batak Pakpak, Batak Karo hingga Batak Angkola. Sehingga kini apabila kita menyaksikan berbagai acara seni dan budaya di Sumatera Utara, maka tarian ini tidak pernah terlepas dari salah satu agenda acaranya.

            Tarian ini sudah menjadi simbolisasi budaya di Provinsi Sumatera Utara yang akan selalu hadir dalam setiap acara, baik acara resmi maupun acara yang tidak resmi. Terlebih lagi apabila acara tersebut merupakan acara yang mengangkat kesenian dan kebudayaan tradisional di Provinsi Sumatera Utara.

            Ada beberapa informasi yang menyebutkan bahwa Tari Tor Tor Somba merupakan tarian yang melambangkan perkembangan peradaban etnis Batak di masa dahulu, tepatnya perpaduan budaya antara budaya Mandailing dengan budaya Simalungun. Hal tersebut memang dapat dibuktikan, apalagi budaya sub-etnis Batak yang satu dengan budaya sub-etnis Batak yang lainnya saling berhubungan dan memiliki banyak persamaan.

            Namun ada pula beberapa informasi yang menyebutkan bahwa tarian ini adalah tarian asli yang berasal dari Simalungun tanpa pencampuran budaya dengan budaya Mandailing yang merupakan sub-etnis Batak pencipta tarian Tor Tor. Catatan sejarah pun menyebutkan, bahwasanya pada masa dahulu ketika etnis Batak mulai berkembang banyak masyarakatnya yang ‘bermigrasi’ ke beberapa wilayah di Sumatera Utara, salah satunya adalah Simalungun. Masyarakat Batak di Simalungun ini kemudian membentuk suatu pemukiman dengan landasan hidup bermasyarakat di bawah pimpinan seorang raja.

            Sekedar informasi, ‘raja’ di dalam masyarakat Batak bukanlah raja seperti halnya raja-raja lainnya di Nusantara yang memiliki wilayah kekuasaan yang besar, sebab raja di dalam konteks masyarakat Batak adalah seorang pemimpin di dalam suatu perkampungan yang kekuasaannya melingkupi wilayah kekuasaan yang kecil. Jika di kaitkan dengan masa sekarang, maka ‘raja’ tersebut dapat disamakan dengan lurah/kepala desa. Pada masa itu, raja di Simalungun sering mengadakan upacara adat maupun berbagai acara yang sakral.

            Maka saat itulah Tor Tor Somba ini diperkenalkan kepada masyarakat sebagai tarian sakral yang mengiringi kedatangan sang raja ketika mengadakan kunjungan penting ke beberapa wilayah kecil di Simalungun, sehingga Tor Tor Somba ini dapat dikatakan tarian yang mengandung nilai-nilai tradisi yang sangat tinggi karena tarian ini tergolong sebagai tarian yang sangat ekslusif. Bahkan bisa dikatakan sangat langka, karena jarang di tampilkan di beberapa acara adat seperti jenis Tari Tor Tor yang lain. Tak hanya itu, penari yang melakukan Tor Tor Somba pun hanya dikhususkan untuk para penari yang sudah fasih dalam melakukan tarian-tarian adat yang sakral dan telah mengetahui berbagai seluk beluk kesakralan dalam tarian tersebut. Sebab penari Tor Tor Somba ini harus mempunyai jiwa yang bersih tanpa sifat cela karena tarian yang satu ini mengandung nilai-nilai kesakralan yang sangat di junjung tinggi oleh masyarakat.

            Kini untuk menjaga nilai-nilai tradisi dan budaya yang terdapat pada Tari Tor Tor Somba, maka Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumatera Utara pun juga sering mengadakan pergelaran yang mengangkat Tari Tor Tor Somba sebagai aset budaya di Kabupaten Simalungun. Bahkan Tari Tor Tor Somba juga pernah di perlombakan pada beberapa ajang kesenian dan kebudayaan di Kabupaten Simalungun. Hal itu dilakukan demi memperkenalkan kepada masyarakat khususnya generasi muda bahwasanya Tor Tor Somba merupakan salah satu budaya di Kabupaten Simalungun yang wajib dilestarikan.

Sumber : http://jalan2.com/city/medan/tari-tor-tor-2/

Demikian informasi yang dapat saya publikasikan kali ini, semoga bermanfaat. Terimakasih atas perhatian anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar